Merangkai Kata Menembus Waktu

Seperti Kereta Maglev yang terus melaju dan menginpirasi

Banner 468

Featured entries

Quote of the day

Posted by Irendy on - -

"Laskar Domba yang Dipimpin oleh Singa akan Mengalahkan Laskar Singa yang dipimpin oleh Domba"

"Pemimpin itu harus seperti Matahari, tak kenal lelah memberikan pencerahan, mentransfer energi, serta menyadari kapan ia harus terbit dan kapan harus terbenam"

"Pemimpin itu harus juga seperti Bulan, memberikan ketenteraman, penerangan di saat sahabat2nya terdampar di kegelapan, dan memberikan keindahan yang paripurna bagi apa yang ia kerjakan"
[ Read More ]

MagLev Train

Posted by Irendy on - -


Hai sob! sekadar mau sharing aja nih about Maglev train,hehe. Soalnya banyak yang nanya kenapa tagline blog saya nyerempet-nyerempet ke Maglev segala,haha. Dan setelah berpetualang di dunia maya, this is my explanation..Here we go!
Maglev tuh singkatan dari MAGnetically LEVitated trains yang terjemahan bebasnya adalah kereta api yang mengambang secara magnetis dan Sering juga sih disebut kereta api magnet. Prinsip dari kereta api ini adalah memanfaatkan gaya angkat magnetik pada relnya sehingga terangkat sedikit ke atas, kemudian gaya dorong dihasilkan oleh motor induksi. Kereta ini mampu melaju dengan kecepatan sampai 650 km/jam (404 mpj) jauh lebih cepat dari kereta biasa. Beberapa negara yang telah menggunakan kereta api jenis ini adalah Jepang, Perancis, Amerika, dan Jerman. Dikarenakan mahalnya pembuatan relnya, di dunia pada 2005 hanya ada dua jalur Maglev yang dibuka umum, di Shanghai dan Kota Toyota.
[ Read More ]

SINERGITAS GOOD GOVERNANCE, DEMOKRASI, DAN E-GOVERNMENT DALAM MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT

Posted by Irendy on - -


I.   Pendahuluan
Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan sudah semakin pesat. Hal ini juga dapat menjadi indicator bahwa pola kehidupan sosial masyarakat sudah semakin berkembang dan masalah yang harus diatasi juga semakin complicated. Ilmu administrasi publik yang pada dasarnya merupakan disiplin ilmu yang memiliki tujuan to protect, to regulate, and to service the citizen tentu saja juga ikut berkembang sejalan dengan perubahan yang ada di masyarakat. Berbagai macam paradigma dan konsep telah dimiliki oleh ilmu administrasi publik yang tentu saja digunakan sesuai dengan perkembangan zaman. Paradigma-paradigma tersebut digunakan untuk menciptakan kemaslahatan bagi masyarakat, mulai dari paradigma dikotomi politik dan administrasi, prinsip-prinsip administrasi, administrasi publik sebagai ilmu politik, administrasi publik sebagai ilmu administrasi, admiistrasi publik sebagai ilmu administrasi publik, administrasi publik sebagai administrasi pembangunan, reformasi administrasi, New Public Management, hingga Good Governance. Paradigma yang disebutkan terakhir akan banyak dikupas setelah ini, karena berkaitan dengan konsep electronic government yang saat ini sedang marak diisukan untuk dapat digunakan di berbagai sistem pemerintahan, baik pusat maupun daerah, sebagai sarana untuk pemberdayaan (empowering) masyarakat dalam sistem demokrasi di Indonesia. Dengan ini, masyarakat diharapkan lebih mendapatkan pelayanan publik yang memuaskan dan memiliki andil untuk menentukan kebijakan yang akan diambil pemerintah melalui transparansi dan akuntabilitas publik.
[ Read More ]

Kepemimpinan Efektif di Inggris

Posted by Irendy on - -


1.1   LATAR BELAKANG
Demokrasi telah menjadi istilah yang sangat diagungkan dalam sejarah pemikiran manusia tentang tatanan sosio-politik yang ideal. Di zaman modern sekarang ini, hampir semua negara mengklaim menjadi penganut paham demokrasi. Seperti diketahui dari penelitian Amos J. Peaslee pada tahun 1950, dari 83 UUD negara – negara yang diperbandingkannya, terdapat 74 negara yang konstitusinya secara resmi menganut prinsip kedaulatan rakyat. Jumlah ini tentunya semakin bertambah dengan semakin berkembangnya zaman yang menghendaki adanya jaminan kebebasan bagi setiap warga negara. Banyak negara yang  menggunakan sistem politik demokrasi ini karena negara-negara tersebut menilai bahwa demokrasi apabila dijalankan dengan baik akan menghindarkan suatu negara dari adanya kediktatoran, menimbulkan penghormatan terhadap hak asasi manusia, adanya jaminan kebebasan, memberi kesempatan yang luas kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjalankan pemerintahan, adanya tanggung jawab moral, adanya persamaan politik, mencari perdamaian, dan mewujudkan kemakmuran masyarakat. Pada umumnya, negara yang menggunakan demokrasi ini adalah negara-negara berkembang dan maju yang apabila dilihat dari segi modal sosial dan pertumbuhan ekonominya memang sudah mampu untuk menjalankan sistem politik demokrasi.   Walaupun demikian, ternyata masih ada juga beberapa negara yang tidak menggunakannya seperti Bolivia, Kuba, dan Venezuela yang menganut sistem politik sosialis yang cenderung otoriter. Di samping itu, ada juga suatu negara yang mencoba memadukan paham sosialis dan demokratis yang sering disebut dengan sosial-demokrasi seperti yang diterapkan oleh Argentina.
[ Read More ]

DEHUMANITAS SEBAGAI DAMPAK PEMBANGUNAN REZIM ORDE BARU (Review Buku Berjudul Gagalnya Pembangunan : Kajian Terhadap Akar Krisis Indonesia -- Penulis: Andrinof Chaniago)

Posted by Irendy on - -


Ketika berbicara tentang Orde Baru (Orba), kata “pembangunan” pasti akan senantiasa menyertainya. Hal itu tidak terlepas dari fokus pemerintah yang pada saat itu lebih menitikberatkan pada program-program pembangunan ekonomi untuk memodernisasikan masyarakat Indonesia. Pemilihan fokus ini bisa dimaklumi karena pada era Orde Lama (Orla) yang mana lebih memfokuskan pada pembangunan politik luar negeri ala Soekarno, jantung pembangunan ekonomi di dalam negeri pada saat itu serasa berhenti berdetak, apalagi pada saat menjelang runtuhnya Orla. Tingginya inflasi yang salah satu penyebabnya adalah destabilitas politik membuat harga barang-barang pokok naik cukup tajam, sehingga pada waktu itu banyak masyarakat yang tidak mampu untuk membeli kebutuhan pokok mereka. Bahkan, pada tanggal 13 Desember 1965, pemerintah mengeluarkan kebijakan bahwa Rp 1000,00 uang lama harus ditukarkan dengan uang baru senilai Rp 1,00. Bisa dibayangkan betapa kalutnya perekonomian Indonesia pada saat itu. Oleh karenanya, rezim Soeharto sangat berkepentingan untuk menghadirkan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.  
[ Read More ]

Demokrasi dalam Monarki

Posted by Irendy on - -


Beberapa waktu yang lalu, Provinsi D.I. Yogyakarta sering dikumandangkan di beberapa media, baik cetak, audio, ataupun audiovisual. Tulisan ini sekadar mengingatkan pembaca mengenai polemik 'Keistimewaan' yang didapatkan oleh Yogyakarta serta kaitannya mengenai alam demokrasi di sana yang tentu saja penguraiannya berdasarkan kacamata penulis. 
Ketika recovery korban dan lokasi gempa sedang berjalan, terhembus kabar dari pemerintah pusat bahwa akan diadakan pemilihan kepala daerah di Yogyakarta, sebuah provinsi di Indonesia yang memiliki keistimewaan tersendiri karena track record-nya dalam mendirikan dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Seperti yang tertulis dalam pasal 122 UU nomor 22 tahun 1999 beserta penjelasannya dimana hal ini juga teah diakui pada UU 32 nomor 2004, pengakuan keistimewaan Provinsi Istimewa Yogyakarta didasarkan pada asal-usul dan peranannya dalam sejarah perjuangan nasional, sedangkan isi keistimewaannya adalah pengangkatan Gubernur dengan mempertimbangkan calon dari keturunan Sultan Yogyakarta dan Wakil Gubernur dengan mempertimbangkan calon dari keturunan Paku Alam.
[ Read More ]

Grand Strategy Menciptakan Pemimpin dari Kampus

Posted by Irendy on - -


Inti kepemimpinan seperti yang pernah dikemukakan oleh Ordway Tead dan Stephen Robbins adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi orang lain agar orang lain tersebut mau mengikuti apa yang diinginkannya (Pasolong, 2008). Tapi, bagi ayas (baca:saya), kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk menjalankan tugasnya sebagai wakil Tuhan di bumi ini sehingga apa yang dilakukannya dapat bermanfaat bagi banyak orang. Banyak orang di sini tidak hanya berarti untuk orang-orang yang hidup pada era si pemimpin itu masih hidup saja, tetapi juga untuk orang-orang yang hidup pada era si pemimpin tadi telah meninggal fisiknya. Oleh karena itu, sesungguhnya ide-ide besar yang dikemukakan oleh seorang manusia harusnya dituangkan ke dalam secarik kertas, sebuah batu, atau apapun itu yang bisa membuat generasi penerusnya dapat mempelajari ide-idenya. Jika tidak, generasi-generasi penerus tidak akan memiliki kesempatan untuk mengadopsi ide-ide besarnya. Contohnya saja bangsa kita sendiri yang sedari dulu kepeduliannya dengan budaya tulis masih kurang sehingga kita tidak memiliki rekam jejak yang relatif lengkap terhadap prestasi bangsa kita sendiri. Kita tidak tahu dengan tepat bagaimana cara Kerajaan Majapahit yang wilayahnya membentang dari semenanjung Malaka di sebelah Barat, Filipina di sebelah Utara, dan Papua di sebelah Timur menjalankan roda pemerintahannya sehingga mampu bertahan sampai dua ratus tahun lamanya. Hal ini sangat ironi apabila disandingkan dengan pepatah yang sering nyanggong di telinga kita, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenal sejarahnya”. Tidak jelas juga apakah hal ini dikarenakan tidak adanya serat, kitab, ataupun buku yang menjadi semacam memorinya, atau memang kaum muda Indonesia yang malas memerhatikan sejarahnya. Padahal, agar kaum muda mampu menjadi pemimpin masa depan di Indonesia, mencintai budaya tulis adalah suatu keharusan. Lihat saja masa muda Soekarno, Hatta, Tan Malaka, dan tokoh bangsa lainnya yang sangat akrab dengan budaya tulis. Merujuk lebih jauh ke belakang, Nabi Muhammad SAW pada saat hendak menjadi Nabi, beliau pun dipaksa untuk mengenali budaya tulis. Sebab, orang-orang yang mampu menguasai informasi, mereka itulah calon pemimpin.
[ Read More ]